Sunday, May 6, 2012

Utama VS Pendukung


Bila menemui kata "versus" atau lebih dikenal dengan singaktan VS, pasti ada sesuatu yang dibandingkan ataupun berlawanan dalam suatu tulisan atau berita. Judul dari post ini, Utama VS Pendukung, mungkin terasa "klise" karena pasti sudah atau apa yang dibandingan, yakni yang utama dan pendukung. Tapi, apa yang utama dan apa pula yang pendukung dalam post kali ini yang akan dibandingkan?

Masih membicarakan tentang negri Belanda, tentunya, yang mungkin tidak akan habis dikupas tuntas hanya dalam satu artikel saja. Kali ini yang akan dibahas adalah mengenai hal-hal yang bekaitan dengan pendidikan. Jika dikaitkan dengan judul postingan, pasti sudah bisa menebak apa yang akan dibandingkan disini. Yap, betul sekali, hal-hal utama versus hal-hal pendukung dalam pendidikan. Hal utama disini lebih menunjuk pada sistem pendidikan itu sendiri sementara hal-hal pendukung yakni fasilitas pendidikan. 

Di negara semaju Belanda,sistem pendidikan bukanlah hal sepele yang dilewatkan saja dalam penanganannya. Disana sistem pendidikan diatur sedemikian rumitnya agar kualitas peserta didiknya mampu berkembang potensinya sehingga dapat memberikan sumbangan berarti bagi negaranya. Sistem sekolah semacam VMBO,HAVO,VWO,MBO,HBO,WO dipilah se-spesifik mungkin agar peserta didik yang masuk ke sekolah-sekolah tersebut benar-benar bertanggung jawab akan pilihannya dan berhasil mencapai apa yang menjadi cita-cita mereka (Netherlands Education System). Kompleks? Jelas,Kreatif? Tentu saja. Tidak semua negara begitu memperhatikan hal sepele seperti penggolongan pendidikan anak berdasar minat dan bakat mereka masing-masing, sehingga berakhir dengan si anak memilih jurusan yang salah karena dorongan orang tua. Di Belanda sedari anak memasuki jenjang pendidikan yang paling dasar, mereka diarahkan untuk memilih apa yang menjadi "kesukaan" mereka. Jadi ketika mereka memasuki pendidikan tinggi,mereka tidak pusing-pusing memilih jurusan sekolah.

Setelah memilah sistem pendidikan yang lumayan kompleks,di Belanda fasilitas pendidikan tidak hanya berakhir dengan fasilitas yang hanya mendukung seseorang untuk mau masuk sekolah tersebut dan lupa akan tujuan awal pendidikan itu sendiri. Fasilitas lebih ditujukan kepada kemampuan peserta didik mengkakses bahan pembelajaran melalui sarana yang memudahkan mereka untuk mendapatkannya. Di era globlaisasi seperti sekarang, internet bukan barang baru bagi orang pada umumnya. Begitupula dengan dunia pendidikan, internet sangat besar manfaatnya untuk mengakses bahan belajar yang mungkin tidak didapatkan dari penjelasan guru di kelas. Di Belanda, akses internet dibuka seluas-luasnya agar para peserta didik dan juga staff pendidik mendapatkan sumber belajar tanpa batas (Internet and Education in Netherlands). Sehingga jangan heran, di kota paling terpencil sekalipun anak-anak yang bersekolah datang di kelas dengan membawa "sesuatu" untuk didiskusikan dengan guru mereka masing-masing. Lagi-lagi inisiatif yang kreatif dimunculkan agar seluruh lapisan masyarakat di Belanda dapat menikmati haknya dengan penuh.

Sementara banyak di negara-negara lain yang menjadikan fasilitas pendukung sebagai "pemikat" agar orang berbondong-bondong menyekolahkan anaknya di sekolah "mahal", di Belanda justru tidak berlaku hal yang demikian. Contohnya, pemerintah Belanda mendirikan gelanggang olah raga terpisah dari sekolah. Sehingga kegiatan ekstrakulikuler benar-benar hanya sebagai kegiatan tambahan dan bukan kegiatan yang menjadi "keharusan" dan sejalan dengan kegiatan pembelajaran. Ada baiknya memang bila pemilahan sistem pendidikan dan pemilihan fasilitas pendukung sistem pendidikan tersebut dijadikan wacana untuk memperbaiki sistem yang sudah ada, khususnya di negara kita. Tidak hanya berorientasi pada kata "internasional" dan "mahal" tetapi haruslah mengacu pada tepat sasaran tujuan pendidikan itu sendiri.